Senin, 04 Juni 2012

Refleksi Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia.

Refleksi Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia
Oleh : Fr. Andri (Tk. III)

Galatia 3 : 3
”Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?

Kitab Suci Komunitas Kristiani menuliskan bahwa kutipan dari Galatia 3:3 itu memiliki makna ganda. Makna yang pertama adalah bahwa umat di Galatia telah mengalami bagaimana Roh Kudus bekerja dan juga melalui mukjizat-mukjizat-Nya, tetapi sekarang mereka malah mau menerima sunat dalam daging. Sedangkan, makna yang kedua adalah bahwa mereka telah mulai dengan kebenaran Tuhan yang ada dalam Kristus, yaitu Roh, sekarang mereka kembali pada adat istiadat Yahudi sekalipun dari Tuhan juga tetapi disesuaikan dengan umat yang masih hidup menurut daging, yaitu mereka yang tidak terpelajar dalam iman dan mereka yang berdosa.[1] Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, kutipan dari Galatia 3:3 itu menjelaskan mengenai perbandingan antara Roh dan daging. Roh adalah percaya pada Kristus yang telah mati dan bangkit yang dijawab oleh manusia melalui iman yaitu dengan menerima karunia Roh Kudus. Sedangkan daging adalah menunjuk pada manusia atau tubuh material/jasmani dari makhluk hidup, mencirikan apa yang dihasilkan oleh alamiah dan bagaimana hidup berdosa alamiah yaitu terpisah dari Roh Allah, menjelaskan mengenai manusia yang jatuh dan perbuatan-perbuatannya yang penuh dosa, daging yang menghasilkan sifat-sifat buruk dan daging sebagai kekuatan yang melawan yang baik dan yang merusak.[2] Penjelasan dari kedua sumber buku diatas hanyalah untuk memberi dasar pemahaman mengenai ayat dari Galatia 3:3. Dari situ aku tahu bahwa kutipan satu ayat dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia tersebut melukiskan pergulatan yang tidak pernah berakhir antara Roh vs daging. Pengalaman selama proses formatio di Seminari Tinggi ini pun juga mencakup dua hal tersebut. Dalam refleksi ini, aku mencoba merefleksikan lebih dalam lagi mengenai pengalamanku yang cenderung mengarah pada Roh dan pengalamanku yang cenderung mengarah pada daging. Keinginan Roh identik dengan segala hal yang baik sedangkan keinginan daging identik dengan segala hal yang buruk. Kekuatan baik dan kekuatan buruk pastilah tidak mungkin bisa bersatu. Dan kekuatan baik tidaklah selalu akan menang dari kekuatan buruk, begitu sebaliknya. Pengalaman hidup sehari-hari juga pasti mengandung dua unsur tersebut yaitu baik dan buruk, roh dan daging.
Dalam buku Latihan Rohani St. Ignatius Loyola, pengalaman hidup baik dalam roh disebut dengan hiburan rohani sedangkan pengalaman hidup buruk atau jahat dalam daging disebut dengan kesepian rohani. Aku akan mencoba merefleksikan mengenai kedua pengalaman itu. Hiburan rohani yaitu keadaan dalam diri dimana muncul gerak batin yang mendorong diri semakin berkobar untuk mencintai Tuhan dan sesama, iman, harapan dan cinta semakin diperteguh, serta hidup menjadi semakin damai dan tenang.[3] Hiburan rohani yang kualami di seminari tinggi ini adalah ketika aku mampu memahami bahwa Tuhan berkarya melalui para staf untuk mendidik kami menjadi calon imam yang baik dan juga cinta Tuhan melalui sesama yang selalu mendukung dan menemaniku dalam menjalani panggilan ini. Hiburan rohani itu juga kualami ketika aku merasakan kebersamaan dan kasih diantara teman-teman sekomunitas maupun seangkatan, yaitu saat rekreasi bersama, saat olahraga bersama, saat promosi atau safari panggilan bersama. Hiburan rohani yang semakin membuat pikiran dan hati damai adalah ketika adorasi. Dalam suasana adorasi itu, aku sungguh-sungguh bisa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan. Kedamaian dan ketenangan kurasakan sebagai anugerah dan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepadaku untuk sejenak tinggal bersama dengan Tuhan dalam adorasi kudus itu.
Kesepian rohani adalah semua yang berbalikan dari hiburan rohani itu yaitu keadaan dimana terdapat kekacauan batin, gerak hati dan pikiran yang mengarah kepada hal-hal duniawi, saat muncul keragu-raguan dan hilangnya kepercayaan, harapan dan cinta, kecenderungan diri yang memilih untuk merasa nyaman berada dalam situasi yang malas, lesu, kendor, dan semakin terpisah jauh dari Tuhan.[4] Kesepian rohani yang kualami di seminari tinggi ini adalah ketika aku mengalami rasa malas dalam mengerjakan tugas sehingga akhirnya aku mudah untuk menunda-nunda tugas, doa pribadi maupun devosi pribadi yang kendor atau kulakukan dengan tidak tetap atau tidak setia. Menurutku, sikap reaktif beberapa frater ketika ada wacana atau peraturan yang baru maupun yang sebenarnya tidak baru tetapi dimunculkan kembali, itu juga masuk kedalam kesepian rohani. Para frater tersebut sedang mengalami kesepian rohani. Kecenderungan untuk merasa nyaman dalam situasi tertentu dan tidak mau diganggu adalah sifat dari daging kita.
Pengalaman dalam menjalani panggilan di jalan imamat ini pasti tidaklah selalu akan menjadi hiburan rohani, namun adakalanya juga bisa jatuh kedalam kesepian rohani. Kadangkala kita mudah jatuh kedalam idealisme dan kurang mampu untuk hidup dalam kenyataan. Aku juga menyadari bahwa idealisme-lah yang kadang menjerumuskan aku kedalam kecenderungan untuk memilih kenyamanan daging. Padahal, kenyataan-lah yang sebenarnya sudah menunggu di depan sana yang mengajakku untuk mampu berani melihat karya Tuhan yang indah melalui sesama, melalui para staf dan juga melalui orang-orang yang kita cintai. Aku menjadi sadar bahwa pergulatan dualisme antara terang-gelap, baik-buruk, Roh-daging, idealisme-kenyataan, dsb akan selalu ada dalam hidupku, terutama dalam menjalani panggilan ini, dan tinggal bagaimana aku harus bijaksana dalam bersikap serta dengan rendah hati mohon rahmat pendampingan Tuhan supaya mampu memahami kehendak-Nya yang terbaik untukku. Amin ! DEO GRATIAS ! YEAH !




[1] LAI, Kitab Suci Komunitas Kristiani, Obor, Jakarta 2002, 428.
[2] ­­Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Gunung Mulia, Jakarta 1982, 581.
[3] J. Darminta, SJ, Latihan Rohani St. Ignatius Loyola, Kanisius, Yogyakarta 1993, 164.
[4] J. Darminta, SJ, Latihan Rohani St. Ignatius Loyola, 164.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar