RESENSI
“Apakah disana ada tahi?”tanya si cacing, to the point.
‘Tentang ajaran untuk menerima’ ; Santapan Batin dari Ajahn Brahm
Fr. Antonius Invarien Alpha Andriyanto
Judul : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Penulis : Ajahn Brahm
Jumlah Halaman : 307 halaman
Penerbit : Awareness Publication
Apakah anda pernah menjumpai buku yang bergaransi ? Pasti kebanyakan dari anda akan menjawab belum. Namun, jika anda membeli buku ini, dijamin pasti akan ada struk pembelian yang bertuliskan, ‘Garansi 100% Uang Kembali, jika Anda tidak mendapat manfaat setelah membaca buku ini’. Apa yang sebenarnya ingin ditawarkan oleh buku ini sehingga begitu yakin bahwa pembeli pasti akan mendapat manfaat setelah membaca buku ini ? Marilah kita mengenal lebih dekat mengenai buku ini.
Buku ini ditulis oleh seorang biksu yang bernama Ajahn Brahm. Beliau lahir di London pada tahun 1951. Selama 35 tahun sebagai petapa dalam tradisi hutan Thai, beliau menghimpun berbagai kisah yang menyentuh, menggelikan, dan mencerahkan. 108 kisah dalam buku ini berasal dari pengalamannya sendiri dan orang lain, dibumbui dengan kisah klasik tempo dulu, mengenai pemaafan, pembebasan dari rasa takut, dan pelepasan dukalara. Buku ini dengan jenaka-cendekia menuturkan kearifan, welas asih, dan jalan menuju kebahagiaan sejati. Beliau berkeliling dunia untuk berbagi kebahagiaan dan memberi penghiburan bagi mereka yang tertekan, sakit, dan berduka. Dengan gaya tutur yang ceria dan cerdas, beliau mengajak kita untuk menertawakan kebodohan kita sendiri, kadang sampai melampaui zona nyaman rasio dan emosi kita. Seluruh cerita dalam buku ini merupakan pengalaman nyata yang telah dialami oleh sang penulis, Ajahn Brahm. Dulunya beliau adalah seorang Sarjana Fisika Teori dari Cambridge University namun akhirnya memutuskan untuk menjadi petapa dalam tradisi hutan Thai. Kisah-kisahnya sederhana, tapi sangat inspiratif. Penuh dengan pesan moral sekaligus lucu dan unik. Seperti mengajarkan rumus fisika lewat pertunjukan drama yang kocak.
Buku ini penuh dengan kisah pengharapan, cinta, pemaafan, kebebasan dari rasa takut, dan pengatasan derita, yang dengan pintar menuturkan kebijaksanaan yang tak lekang oleh waktu dan merupakan jalan sejati menuju kebahagiaan. Salah satu cerita itu diwakili dengan cerita mengenai ‘Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya’ yang merupakan cerita terakhir dalam buku ini yaitu cerita nomor 108. Secara singkat, cerita ini mengisahkan tentang dua orang biksu yang merupakan teman dekat sepanjang hidup mereka. Setelah mereka meninggal, yang satu terlahir sebagai dewa di sebuah alam surga yang indah, sedangkan temannya yang satunya terlahir sebagai seekor cacing di seonggok tahi. Sang dewa mencari kawan lamanya itu dan bertanya-tanya di manakah dia terlahir kembali. Dia sudah mencari di alam-alam surga namun tidak menemukannya. Lalu sang dewa mencari temannya itu di dunia manusia, namun juga tidak menemukannya. Kemudian, sang dewa mencari di alam hewan, tetapi juga tidak menemukannya lagi. Dengan sepenuh hati, sang dewa mencari terus, dia mencari ke dunia serangga dan jasad renik, dan tidak disangka-sangka sang dewa akhirnya menemukan temannya terlahir sebagai seekor cacing di dalam seonggok tahi yang menjijikkan! Sang dewa ingin menolong Si Cacing dengan membawanya menuju ke surga. Namun, si cacing tidak mau pergi ke surga bersama sang dewa karena si cacing sudah menikmati hidupnya bersama seonggok tahi yang harum, nikmat dan lezat.
Kisah ini ingin menceritakan bagaimana memaknai penderitaan hidup dan belajar untuk melepaskan segala hal yang masih melekat pada diri sehingga bisa mengalami kebahagiaan hidup.
Kisah ini ingin menceritakan bagaimana memaknai penderitaan hidup dan belajar untuk melepaskan segala hal yang masih melekat pada diri sehingga bisa mengalami kebahagiaan hidup.
Kisah-kisah dalam buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh banyak orang. Buku ini merupakan salah satu buku spiritual yang terbaik, sangat menghibur dan mencerahkan, dikemas dengan gaya cerita humor, kemanusiaan, dan niat baik. Cerita yang dituturkan bervariasi, dari kisah nyata, legenda, sampai fabel atau cerita binatang. Masing-masing kisah hanya sepanjang sekitar tiga halaman. Jadi, proses membacanya menjadi nyaman dan tidak melelahkan. Buku ini banyak menceritakan kisah-kisah universal tentang kehidupan kita sehari-hari. Dimulai dengan cerita mengenai dua bata jelek dan diakhiri dengan cerita mengenai cacing, dengan sedikit lelucon disana-sini. Pengendalian emosi dan kemarahan, penyelesaian untuk duka dan rasa sakit, dan bagaimana pikiran bisa menyebabkan banyak hal terjadi, merupakan beberapa pelajaran yang bisa didapat dari buku ini. Sebuah buku olah meditasi spiritual yang sarat oleh wejangan-wejangan praktis pembuka hati. Menuturkan pengalaman manusia secara universal dengan bijaksana dan cerdas dan juga bumbu guyonan segar penghilang stress. Cerita didalamnya meskipun berkisar pada perjalanan penulisnya sebagai Guru Meditasi dan tentang kegiatan kaum pertapa Budha, namun Ajahn Brahm yang memiliki selera humor yang tinggi sehingga disini isinya kadang menggelikan, kadang menyentuh sisi manusia biasa secara luas yang nyata. Dikupas dengan cara-cara sederhana dan manusiawi bagaimana menyikapi persoalan-persoalan hidup, bagaimana mengalahkan rasa ketakutan, bagaimana menghadapi rasa sakit yang menusuk jantung, bagaimana menanggulangi rasa marah yang bergejolak dalam diri. Membaca buku ini disamping untuk penyemangat dan hiburan, juga membawa kita menyadari arti dari kehidupan ini. Inti dari pokok dari buku ini adalah bagaimana kita diajarkan untuk dapat melihat dari sisi lain tentang kehidupan didunia yang terus berputar. Ajahn Bram mengajarkan dengan memberikan cerita tentang kehidupannya bahwa orang itu diwajibkan untuk dapat menerima apa adanya. Barangkali Ajahn Brahm berpikir demikian ketika menulis buku “Opening the Door of Your Hearth “ dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” (Hak cipta terjemahan oleh Awareness Publication, 2009). Buku ini sarat dengan cerita yang seru dan menggelitik. Buku yang memuat 11 pesan kehidupan yang dikemas dalam 108 cerita yang menarik dab hampir semua sisi kehidupan terungkap di dalam buku ini. Jika pesan itu kita ibaratkan sebagai menu maka kita tinggal memilih menu yang sesuai dengan tantangan hidup yang sedang kita alami. Secara keseluruhan kisah-kisah di buku ini menarik, kalimat-kalimat yang digunakan jenaka, inspiratif, dan mencerahkan. Walaupun ada beberapa kisah yang mungkin bukan kisah tetapi lebih mirip opini atau pendapat pengarangnya saja. Tetapi itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan kisah di buku ini, selebihnya kisah-kisahnya sangat menarik. Ada juga beberapa cerita dimana pembaca diminta untuk menarik kesimpulan sendiri tentang pesan moral. Bagian ini menjadi sebuah tantangan bagi pembaca untuk ikut merenung, apa kira-kira yang dimaksud oleh penulis. Menjadi sebuah kebahagian tersendiri ketika kita menemukan pesan tersebut dan sambil tersenyum kita akan berkata “O, ini to yang dimaksud”. Saking ramainya buku ini dicari dan memberikan pencerahan kepada yang baca, penerbitnya berani memberikan Garansi Uang Kembali. Artinya setelah membaca buku ini tidak dirasakan adanya kegunaan, boleh mengembalikan bukunya dan uang akan dikembalikan. Percaya atau tidak itu terserah anda ! Yang pasti kisah perumpamaan dan kisah nyata yang ditulis oleh Ajahn Brahm dalam buku ini memberikan inspirasi bagi saya untuk lebih duc in altum lagi dalam merenungkan hidup panggilan saya. Semoga melalui kisah-kisah pengalaman kita sehari-hari ‘yang biasa’, akhirnya kita dapat menangkap pesan atau makna dari kehadiran Tuhan yang ‘luar biasa’, yang memberikan kebahagiaan bagi kita semua. Sabbe Satta Bavantu Sukhitatta, ‘Semoga Semua Mahkluk Berbahagia’ !!! Amin.
terima kasih banyak :) postingan ini sangat membantu saya.
BalasHapusHai sayang
BalasHapus